Mungkin ini cuma sekedar rangkaian kata
yang tidak berarti, tapi bagiku ini adalah sebuah curahan hatiku yang
dapat kucurahkan ketika aku sedang merenungkan sesuatu dan sesuatu yang
kurenungkan itu mungkin tak akan pernah terjadi dalam hidupku. Ketika
kurenungkan siapa sebenarnya diriku, satu pertanyaan yang pertama kali
muncul dibenakku, iya . . . . . siapa sebenarnya diriku ini, mengapa
sampai diriku seperti ini, untuk apa aku seperti ini, bagaimana bisa aku
menjadi seperti ini, aura apa yang kupancarkan dari raga yang lemah ini
sehingga insan disekitarku seola asing, aneh, ketika melihatku. Mungkin
aku buruk dari segala keburukan dan dari yang terburuk.
Namun apa gunanya aku merenungkan hal
seperti itu, toh hidupku bukan hanya untuk sesuatu yang hanya akan
memperkeruh suasana hati dan suasana dikehidupan nyata. Karena bagiku
tingkah, perilaku, sikap, dan tindakan kita hanya dipengaruhi suasana
hati dan suasana kehidupan disekitar kita. Jadi yang terpenting bagiku
kini cuma bagaimana aku bisa menempatkan diriku di suatu tempat sehingga
suasana di tempat itu akan memberikan suasana yang dapat mengantar aku
ke suatu keadaan, tempat, komunitas, dan kelompok yang pantas bagiku.
Aku sendiri sebenarnya tak mengerti apa
yang kutulis tadi. Ah . . itu bukan apa-apa, cuma bualan yang terbesit
dalam benak lalu kugoreskan ke lembaran putih ini. Kamu pun mungkin juga
akan bilang, “Ah apaan sih ini”, kamu juga akan bilang, “Mending
nganggur, enak sambil tiduran dari pada harus nulis yang gak ada
artinya, gak berarti, gak memberikan efek apa-apa, gak ada gunanya, buat
apa ?”, dan sebagainya.
Hidup hanya sekali, manfaatin sisa hidup
kamu yang gak jelas tinggal berapa lama lagi ini. Dari pada penyesalan
akan mendatangimu dan disaat itu kamu tak bisa apa-apa. Pesen dariku
jangan mudah terbawa suasana. Dunia yang fana ini memberikan . . . . e .
. bukan memberikan namun memiliki banyak suasana yang bisa
menghanyutkan penghuninya kemanapun dunia itu mau dan bisa menghanyutkan
ke suatu ujung yang memang dicatakan penghuni yang ada di dunia yang
penuh kefanaan ini.
Ingat, tak ada waktu yang terulang, dan
tak akan pernah ada moment berkesan terulang “persis” seperti moment
pertama. Itu bagiku, mungkin bagi kamu, “Ah siapa bilang”, “Bisa aja”.
0 komentar:
Posting Komentar